Tulisan 12 & 13
Empowerment,
Stres dan Konflik
A.
Definisi Empowerment
Pemberdayaan
(empowerment) mempunyai beberapa pengertian. Menurut Merriam Webster dan
Oxford English Dictionary kata empower mengandung dua arti. Pertama adalah
pengertian to give ability or to enable, yaitu memberi kekuasaan,
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas pada fihak lain. Sedangkan
dalam pengertian kedua diartikan sebagai upaya memberi kemampuan dan
keberdayaan. Memberi daya dimana daya ini dimaksimalkan sebagai daya hidup
mandiri.
Konsep empowerment telah
mengubah konsep pembangunan dan sekaligus strategi bagaimana mengentaskan
kemiskinan khususnya di pedesaan. Perubahan ini sering disebut orang sebagai
perubahan paradigma atau serangkaian perubahan mulai dari tataran konsep,
teori, nilai-nilai, metodologi sampai ke tataran pelaksanaannya.
Pemberdayaan menjadi
konsep kunci untuk menanggapi kegagalan pelaksanaan pembangunan selama ini.
Sejak dicanangkan konsep pembangunan pada akhir masa perang dunia kedua,
ternyata pembangunan membuat orang semakin miskin atau jumlah orang miskin
semakin banyak, dan gagasan modernisasi tidak mampu meneteskan hasil-hasil
pembangunan kepada kelompok masyarakat termiskin.
B.
Kunci efektif empowerment
Konsep
pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise
mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya
model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan
yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya
alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi,
persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Selanjutnya
Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek
sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu
suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi
dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila
ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi
maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap
dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
C.
Definisi Stres
Menurut
Manuaba (1998) stress adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia
baik yang berasal daru luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat
menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya
kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitannya dengan
pekerjaan, semua dampak dari stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya
performansi, efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan.
D.
Sumber Stres
Sumber
stres bisa disebabkan oleh Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin,
temperamental, genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan dll. Faktor
lingkungan, individu, organisasi juga salah satu pemicu muncul nya stres.
Ciri
kepribadian seperti introvert atau ekstrover, tingkat emosional, kepasrahan,
kepercayaan diri dll. Sosial – kognitif seperti dukungan sosial, hubungan
social dengan lingkungan sekitarnya adalah strategi untuk menghadapi setiap
stress yang muncul.
E.
Pendekatan Stres
Sumber
pontensial stres memberikan informasi kepada manajemen perusahaan untuk
melaksanakan pendekatan individu terhadap organisasional dalam mengatasi stres.
Ada dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
- Pendekatan
individual
Seorang
karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat
stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
1.
Teknik manajemen waktu.
2.
Meningkatkan latihan fisik.
3.
Pelatihan pengenduran (relaksasi).
4.
Perluasan jaringan dukungan sosial.
- Pendekatan
Organisasional.
Beberapa
faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur
organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:
1.
Perbaikan seleksi personil dan
penempatan kerja.
2.
Penggunaan penetapan tujuan yang
realistis.
3.
Perancangan ulang pekerjaan.
4.
Peningkatan keterlibatan kerja.
5.
Perbaikan komunikasi organisasi.
6.
Penegakkan program kesejahteraan
korporasi.
F.
Definisi Konflik
Terdapat
banyak definisi mengenai konflik yang bisa jadi disebabkan oleh perbedaan
pandangan dan setting dimana konflik terjadi. Dibawah ini bisa terlihat
perbedaan definisi tersebut : Conflict is a process in which one party
perceives that its interests are being opposed ora negatively affected by
another party. Konflik merupakan suatu bentuk interaksi diantara beberapa pihak
yang berbeda dalam kepentingan, persepsi dan tujuan.
Konflik
adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau
kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau aktivitas kerja
dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penelitian, atau pandangan
yang berbeda. Para anggota organisasi atau sub-unit yang sedang berselisih akan
berusaha agar kepentingan atau pandangan mereka mengungguli yang lainnya.
Konflik
merupakan sebuah situasi dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan
yang menurut persepsi mereka dapat dicapai oleh salah seorang diantara mereka,
tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua belah pihak.
Di
antara definisi yang berbeda itu nampak ada suatu kesepakatan, bahwa konflik dilatarbelakangi
oleh adanya ketidakcocokan atau perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan
lain sebagainya. Terlepas dari faktor yang melatarbelakangi terjadinya suatu
konflik, gejala yang mengemuka dalam suatu organisasi saat terjadi konflik
adalah saat individu atau kelompok menunjukkan sikap “bermusuhan” dengan
individu atau kelompok lain yang berpengaruh terhadap kinerja dalam melakukan
aktivitas organisasi.
G.
Jenis-jenis Konflik
Terdapat
berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk
membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada
pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.
- Konflik
Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan
fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik
fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional (Dysfunctional
Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan
kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik disfungsional adalah
konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
- Konflik
Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan
pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989:393)
membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:
a.
Konflik dalam diri individu (conflict
within the individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih
tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas
kemampuannya.
b.
Konflik antar-individu (conflict among
individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences)
antara individu yang satu dengan individu yang lain.
c.
Konflik antara individu dan kelompok
(conflict among individuals and groups). Terjadi jika individu gagal
menyesuaikan diri dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
d.
Konflik antar kelompok dalam organisasi
yang sama (conflict among groups in the same organization). Konflik ini terjadi
karena masing - masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing
berupaya untuk mencapainya.
e.
Konflik antar organisasi (conflict among
organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh
organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam
perebutan sumberdaya yang sama.
f.
Konflik antar individu dalam organisasi
yang berbeda (conflict among individuals in different organizations). Konflik
ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi
yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang
manajer public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan
yang dilansir seorang jurnalis.
H.
Proses Konflik
Proses
konflik tidak hanya mengacu kepada bentuk konflik yang nampak dari tindakan
yang terbuka dan penuh kekerasan tapi juga bentuk yang tidak nampak seperti
situasi ketidaksepakatan antar pihak. Proses konflik dapat dimulai dari sumber
konflik yang meliputi tujuan yang saling bertentangan dan nilai-nilai yang
berbeda. Selanjutnya dapat dilihat melalui konflik presepsi dan emosi, manifes
konflik, dan hasil konflik.
Konflik
akan timbul bila terjadi ketidak harmonisan antara seseorang dalam suatu
kelompok dan orang lain dari kelompok lain. Pada dasarnya konflik sesuatu yang
wajar terjadi. Konflik akan selalu terjadi, karena manusia dalam suatu
organisasi atau perusahaan masing-masing memiliki latar belakang keluarga dan
pendidikan yang berbeda-beda. Kadang kala juga ada perbedaan kebiasaan atau
pribadi yang kurang baik. Secara definitif konflik dapat diartikan
sebagai suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh
seseorang terhadap dirinya, orang lain organisasi dengan kenyataan apa yang
diharapkannya. Mc Sahne mendefiniskan konflik sebagai suatu proses dimana salah
satu pihak merasa bahwa minat atau tujuannya secara negatif dipengaruhi oleh
pihak lain. Sedangkan Stephen Robbin mendefinisikan konflik sebagai suatu
proses yang diawali ketika satu pihak merasa bahwa pihak lain telah
mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif
sesuatu yang menjdi perhatian pihak pertama.
Sumber :
Munandar, ashar
sunyoto, (2001), Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta : Universitas
Indonesia Pres.
Panglaykim, j &
Tanzil, hanzil. (1981). Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Azrul Azwar.
1988. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: PT. Bina
Rupa Aksara.
Herujito Yayat, M.
2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar